Thursday, December 20, 2012

Naskah Derama : Berdiri di Atas Badai

PARA TOKOH

MIRNA
EKS-PSK (Pekerja Seks Komersial)
EKS-TKW (Tenaga Kerja Wanita)
PELANGGAN 1
PELANGGAN 2
RAIYA
PARA BURUH MIGRAN
TUAN BESAR
TUAN MUDA
MAMI
PARA PETUGAS KEAMANAN



MIRNA, SEORANG PEREMPUAN MUDA USIA, SEORANG EKS-TKW HONG KONG YANG
PULANG KE TANAH KELAHIRANNYA, MALANG JAWA TIMUR, KARENA TIDAK TAHAN
MELIHAT BERBAGAI KETIDAKADILAN YANG DIALAMI TKI.

SEBELUMNYA, KETIKA MASIH BELIA IA BEKERJA SEBAGAI PEMBANTU RUMAH
TANGGA DI SEBUAH RUMAH SEORANG EKS-PEJABAT YANG PESAKITAN DI JAKARTA.
LALU IA DIPERKOSA OLEH ANAK EKS-PEJABAT TERSEBUT HINGGA MENGANDUNG.

MIRNA KEMUDIAN DIUSIR, KARENA IA TIDAK MAU MENURUTI PERINTAH
MAJIKANNYA UNTUK MENGGUGURKAN KANDUNGANNYA ITU. MIRNA PULANG KE
KAMPUNGNYA DAN MELAHIRKAN DI SANA. LALU MEMUTUSKAN PERGI KE LUAR
NEGERI, HONG KONG, UNTUK MENJADI TKI DENGAN HARAPAN KEHIDUPAN
EKONOMINYA MENJADI LEBIH BAIK.

HIDUP DI LUAR NEGERI SEBAGAI BURUH MIGRAN TIDAKLAH MUDAH. BANYAK HAL
DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG MERUGIKAN BURUH MIGRAN. MIRNA DAN BURUH-
BURUH MIGRAN LAINNYA KERAP KALI MELAKUKAN UNJUK RASA MEMBELA HAK-HAK
MEREKA SEBAGAI KAUM BURUH.

LALU PADA AKHIRNYA DI SINILAH MIRNA, DI KAMPUNG KELAHIRANNYA, MALANG
JAWA TIMUR, MEMBUKA SEBUAH HOME INDUSTRY KECIL-KECILAN DENGAN
MEMPERKERJAKAN PARA EKS-PEKERJA SEKS KOMERSIAL DAN TKW. HOME INDUSTRY
INI KEMUDIAN BERKEMBANG DAN MENJADI INSPIRASI BAGI KAUMNYA BAHWA
PERJUANGAN, PERSAMAAN HAK, INTINYA BUKAN BERTERIAK-TERIAK, TETAPI
DENGAN SIKAP DAN TINDAKAN UNTUK MEMBUAT DIRI SETARA DENGAN KAUM LAKI-
LAKI.

Bagian PERTAMA
BERDIRI DI ATAS BADAI
========================================================================
PANGGUNG DIBAGI MENJADI DUA DAERAH PERMAINAN : SEBELAH KANAN ADALAH
BAGIAN DALAM HOME INDUSTRY MIRNA (MASA KINI) DAN SEBELAH KIRI
DIGUNAKAN UNTUK FLASHBACK. JIKA ADEGAN PINDAH DARI BAGIAN SATU KE
BAGIAN LAIN, PERPINDAHAN ITU DITANDAI DENGAN MATINYA LAMPU DI BAGIAN
YANG DITINGGALKAN DAN TERANGNYA DI BAGIAN YANG BARU.

Adegan PERTAMA
BEBERAPA SAAT SEBELUM LAYAR DISINGKAPKAN, KEDENGARAN SUARA RAMAI
PEREMPUAN YANG SEDANG ASYIK MERUMPI SAMBIL TERTAWA TERKEKEH-KEKEH.
WAKTU LAYAR DIANGKAT, BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH
KANAN, YAITU BAGIAN DALAM HOME INDUSTRY MIRNA. MIRNA (EKS-TKW HONG
KONG) DAN PARA PEKERJANYA (EKS-PEKERJA SEKS KOMERSIAL DAN EKS-TKW)
SEDANG BEKERJA SAMBIL BERBINCANG-BINCANG.

EKS-TKW : Aduh, kayaknya aku kepingin nikah!
EKS-PSK : Nikah? Memangnya cinta itu ada toh?
SALAH SEORANG : Cinta? Ah, gombal itu.
SALAH SEORANG : Iya, gombal! (KEPADA PARA PEKERJA EKS-PSK) Ingat
kan? Waktu kita melacur dulu, apa ada laki-laki yang datang ke
kita dan minta dilayani karena dia cinta sama kita? Enggak ada, kan?
Setelah dia puas, kita ditinggal! Besok dia datang lagi minta
dilayanin, kalau dia sudah puas ya kita ditinggal lagi. Terus seperti
itu.
SALAH SEORANG : Jadi menurut mbak cinta itu enggak ada?
SALAH SEORANG : Ya! Enggak ada!
SALAH SEORANG : Apa bener cinta itu enggak ada? Aku kok kayaknya
enggak percaya toh!
SALAH SEORANG : Tanya mbak Mirna aja lah.
SALAH SEORANG : Tanya ke siapa?
SALAH SEORANG : (MENOLEH KE ARAH MBAK MIRNA YANG JUGA SEDANG SIBUK
BEKERJA) Tanya ke mbak Mirna!
SALAH SEORANG : Mbak! Mbak! Mbak!
YANG DIPANGGIL TIDAK MENDENGAR, KARENA BEKERJA SAMBIL MELAMUN. LALU
PARA PEKERJA ITU BERTERIAK BERSAMA-SAMA.
PARA PEKERJA : Mbak Mirnaaaaa!
MIRNA : (TERKEJUT) Kenapa toh teriak-teriak?
SALAH SEORANG : Bagaimana, Mbak? Menurut Mbak, cinta itu ada enggak
sih, Mbak?
MIRNA : (MEMBELALAKKAN MATANYA) Cinta? Kenapa nanya cinta ke aku?
Aku gak ngerti masalah cinta! (TERTAWA PAHIT) Aku gak pernah pacaran!
Gak punya pengalaman apa-apa!
EKS-PSK : Tadi (MENUNJUK EKS-TKW) dia bilang mau kawin, jadi
aku tanya ke dia, emang cinta itu ada? Eh, dia gak bisa jawab. Wah,
kalo pertanyaan mendasar kayak gitu aja gak bisa jawab, bagaimana
mungkin bisa (KEPADA EKS-TKW) kamu ngomongin masalah cinta?!
EKS-TKW : Lho, lho, piye toh? Siapa yang ngomongin cinta? (MARAH)
Sopo? Dari tadi itu aku ngomongin pernikahan! Ngomongin kawin!
Bukannya cinta!
EKS-PSK : Yo wis! Apa sih bedanya pernikahan dengan cinta? Bagiku,
cinta itu enggak ada! Jadi buat apa kawin! (MELEMPAR BARANG YANG
SEDANG IA BUAT KE TUMPUKAN BARANG-BARANG YANG LAIN)
EKS-TKW : (MENGGELENG- GELENGKAN KEPALA) Buat apa?
EKS-PSK : (MEMUKUL LANTAI) Sampean sadar enggak, sih? Pernikahan itu
adalah institusi kapitalisme yang munafik!
EKS-TKW : Apa? Institusi kapitalisme? (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Mbok
yao, jangan lupa daratan! Sampean itu cuma bekas pelacur! Ngomong gak
usah tinggi-tinggi! (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK LAGI)
EKS-PSK : (BERKACAK PINGGANG) Eeeh, menghina sampean ya? Dasar bekas
babu! Sampean itu jauh-jauh ke luar negeri cuma jadi babu!
SALAH SEORANG : Udah, udah, cukup! Apa-apaan, sih? Kita semua yang
ada di sini itu satu nasib!
SALAH SEORANG : Betul!
SALAH SEORANG : Satu perjuangan!
SALAH SEORANG : Betul!
SALAH SEORANG : Kita harus saling dukung!
SALAH SEORANG : Betul!
SALAH SEORANG : Bukannya malah pada ribut!
SALAH SEORANG : Betul!
SALAH SEORANG : Bukannya malah pada bertengkar!
SALAH SEORANG : Betul!
MIRNA : (BERKATA DENGAN PERLAHAN) Pernikahan itu adalah institusi
kapitalisme yang munafik. (KEPADA EKS-PSK) Kamu dapet kata-kata ini
dari mana toh?
EKS-PSK : Itu mbak, waktu itu . . . (EKS-PSK TERKENANG MASA LALU.
PANGGUNG SEBELAH KANAN PERLAHAN-LAHAN MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG
SEBELAH KIRI YANG MERUPAKAN FLASHBACK PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG)

Adegan KEDUA
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KIRI, YAITU SEBUAH KAMAR DI
SEBUAH KOMPLEKS WTS. DI KAMAR ITU ADA SEORANG PSK DAN SEORANG
PELANGGANNYA YANG TAMPAK SEPERTI ORANG PENTING.

PSK : (MEMELUK PELANGGANNYA DARI BELAKANG) Mas, mas cinta saya
enggak sih, Mas?
PELANGGAN 1 : Ya cinta dong, Sayang.
PSK : Kalau begitu nikahin saya dong, Mas. Saya bosan terus-
terusan jadi pelacur.
PELANGGAN 1 : Buat apa menikah, Sayang? (MEMAKAI DASI DI DEPAN
CERMIN) Pernikahan itu adalah institusi kapitalisme yang munafik!
PSK : Apa benar itu, Mas?
PELANGGAN 1 : (SAMBIL TERSENYUM DI DEPAN CERMIN) Demikian
sabda Simone De Behavoir.
PSK : (MEMBANTU MEMAKAIKAN DASI PELANGGANNYA) Simone De Behavoir
itu siapa sih, Mas?
PELANGGAN 1 : (SAMBIL MENYISIR RAMBUT) Dia seorang filsuf.
PSK : Filsuf? Jangan-jangan dia orang gila, Mas.
PELANGGAN 1 : Kalo enggak gila, bukan filsuf namanya.
PSK : (MEMBANTU MEMAKAIKAN JAS PELANGGANNYA) Kita juga bisa bikin
sabda sendiri, Mas.
PELANGGAN 1 : Sayang, ada pameo yang mengatakan bahwa pernikahan
adalah hubungan laki-laki dan perempuan bodoh. Mengapa bodoh? Karena
mereka percaya adanya cinta, Sayang. Kamu tahu? Hanya orang bodoh
yang percaya adanya cinta. Kenapa harus menikah jika sekedar untuk
meneruskan keturunan? Atau bila hanya untuk mendapatkan justifikasi
dari yang namanya agama untuk bisa melakukan persetubuhan! Menurut
para antropolog, agama hanyalah produk kebudayaan manusia sama dengan
animisme dan dinamisme.
PSK : Apa saya bodoh, Mas? Karena saya percaya dengan adanya
cinta?
PELANGGAN 1 : Kamu pintar, Sayang. Buktinya kamu selalu bisa
memuaskan mas.
PSK : Apa maksud mas, saya pintar di atas ranjang?
PELANGGAN 1 : Iya sayang. Kamu pintar. Ya sudah mas pergi dulu.
Ada rapat hari ini. Besok mas datang lagi.

Adegan KETIGA
PELANGGAN KELUAR KAMAR. LALU PSK MEREBAHKAN BADANNYA DI TEMPAT
TIDUR . TATAPANNYA KOSONG MELIHAT KE LANGIT-LANGIT PANGGUNG. TAK
BEBERAPA LAMA KEMUDIAN MAMI PENGELOLA KOMPLEKS WTS MASUK.
MAMI : (BERTEPUK TANGAN) Ayo siap-siap. Pelanggan datang lagi.
Semua pelanggan kita orang penting jadi berikan servis yang
memuaskan. (MENGACUNGKAN JEMPOL) Siip? Okey!
Adegan KEEMPAT
MAMI PENGELOLA KOMPLEKS WTS KELUAR. TAK BEBERAPA LAMA KEMUDIAN MASUK
SEORANG PRIA BERJAS DENGAN PENAMPILAN PERLENTE.
BERDIRI DI ATAS BADAI / Rini Fardhiah / 2005
PSK : Ooh Mas, kangen! Ke mana aja, sih? (MEMBANTU MEMBUKAKAN JAS)
PELANGGAN 2 : Maklum, Sayang. Mas orang sibuk, terbang dari satu
kota ke kota yang lain. Dari satu negara ke negara yang lain, ya
seperti ini jadinya. Tapi kan mas sekarang udah ada di sini.
PSK : (MEMELUK PELANGGAN) Mas, kalau begitu bawa saya ke mana pun
mas pergi, Mas. Kita nikah yuk, Mas. Kita punya anak dan hidup
berbahagia.
PELANGGAN 2 : Sayang, kata Schopenhour hidup itu adalah
penderitaan. Mas jadi berpikir jangan-jangan perkawinan adalah
lembaga pelanggengan penderitaan.
PSK : (TERTAWA) Mas ini, mas pikir nikah itu bikin kita sengsara
dan menderita? (MEMBUKAKAN DASI PELANGGAN) Mas, nikah itu justru
bikin kita gak perlu mikir-mikir lagi! Itu kalau nikahnya benar.
PELANGGAN 2 : (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Oh sayangku manisku yang
lucu, cobalah ajarkan ke mas, bagaimana bisa kita tak perlu berpikir
dengan menikah?
PSK : Mas, ini kan hanya persoalan sederhana saja. Nikah, no
problem, sederhana saja. Siapa yang membuat masalah? Kan manusianya
sendiri. Nikah kok pake mikir-mikir segala.
PELANGGAN 2 : (MENGGELENG- GELENGKAN KEPALA TANDA TAK SETUJU)
Enggak, enggak, enggak semudah itu. Nikah itu rumit, Sayang. Rumit!
Menikah itu bukan hal yang sederhana. Lagian akhir-akhir ini mas
bawaannya khawatir terus. Enggak ada waktu mikirin masalah nikah. Mas
sudah bekerja banting tulang, tapi kayaknya masih ada yang kurang,
mas enggak tahu apa yang mas cari.
PSK : Mas, segala yang mas cari sebenarnya ada di sisi lain dari
mas sekarang. Nah sisi lain itu tentunya ya manusia seperti mas, tapi
jenisnya kebalikan, ya kelaminnya, ya sifatnya yang perasa dan macam-
macam. Jadi pada intinya, yang mas butuhkan adalah menikah, menyatu,
kawin, whatever, dengan lawan jenisnya, dan selesailah kekhawatiran
mas selama ini.
PELANGGAN 2 : (KESAL) Sayang, kamu sadar enggak, sih? Hubungan
seksualitas itu enggak ada. Yang ada hanyalah hubungan halusinasi.
PSK : (MARAH. LALU MEMBALIKKAN TUBUHNYA MEMBELAKANGI PELANGGAN)
Ah, sudahlah, Mas. Jangan semuanya serba dipelintir!
PELANGGAN 2 : (MEMELUK PSK DARI BELAKANG) Omong-omong tentang
seks, memang begitulah adanya. Seks harus ditangani dengan anomali
filsafat. Sedikit berpikir kemudian membiarkan
libido mengomandoi seluruh aktifitas hormonal kemudian terbang ke
dalam gelora hasrat, meronta, menggelinjang, berteriak, dan
menikmatinya bahkan mungkin sampai tersungkur-sungkur. (MENCOBA
MENCIUM PSK, TAPI PSK MENOLAKNYA) Sampai pada kulminasi sistem saraf
menggapai orgasme. (MARAH HINGGA MEMBANTING TUBUH PSK SEPERTI ORANG
KESETANAN DAN BERKATA SAMBIL BERTERIAK) Saat itulah seluruh sel abu-
abu mencapai kompromi, sinkronisasi, dan relaksasi tertinggi yang
melibatkan jiwa dan fisik! (PSK YANG DIBANTING ITU TERJEREMBAB.
KEPALANYA TERBENTUR SISI TEMPAT TIDUR HINGGA MENGUCURKAN DARAH. IA
PINGSAN. PELANGGAN MENATAP PSK DENGAN TATAPAN KOSONG SAMBIL BERKATA
LIRIH) Setelah itu terdiam merenungi maknanya.
PANGGUNG SEBELAH KIRI PERLAHAN-LAHAN MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG
SEBELAH KANAN YANG MERUPAKAN MASA KINI PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG.

Adegan KELIMA
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KANAN, YAITU BAGIAN DALAM
HOME INDUSTRY MIRNA.
EKS-PSK : (MENANGIS TERISAK-ISAK) Begitulah, Mbak.
SALAH SEORANG : (MENENANGKAN EKS-PSK YANG MENANGIS)
Sudahlah. Semua itu kan sudah berlalu.
SALAH SEORANG : Iya benar. Semua itu sudah berlalu.
SALAH SEORANG : (KEPADA MIRNA) Maaf, Mbak. Kalo boleh tahu,
bapaknya Riana siapa toh? Mbak kok enggak pernah cerita.
SALAH SEORANG : Iya, Mbak. Benar. Cerita dong ke kita-kita, Mbak.
Riana kok enggak pernah kelihatan bapaknya. Terus tadi mbak bilang
gak pernah pacaran, tapi kok bisa punya anak?
SALAH SEORANG : (MEMBENARKAN SAMBIL MANGGUT-MANGGUT) Ho oh, ho oh.
Apa bapaknya Riana itu orang Hong Kong, Mbak? Saya denger, mbak
pernah jadi TKW ya di Hong Kong?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Di Hong Kong itu ngapain aja, Mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Iya, iya. Di sana ada musim dingin
enggak, Mbak? Terus apa turun salju juga, Mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Apa enggak kedinginan di sana, Mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Apa di sana banyak pelacur juga, Mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Kalo jadi pelacur di sana, banyak
enggak saingannya, Mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Banyak pelanggannya enggak, Mbak?
MIRNA : Sudah, sudah, sudah! Mana aku tahu? Aku di sana jadi babu!
Mana aku tahu kalo melacur di sana banyak saingannya apa enggak?
(KESAL) Mana aku tahu di sana itu pelanggannya banyak apa enggak!
SEMUA DIAM. MIRNA TERMENUNG DENGAN TATAPAN KOSONG. BEBERAPA SAAT
KEMUDIAN BARULAH IA MEMBUKA MULUT.
MIRNA : (BERKATA DENGAN SUARA LIRIH) Sejak usia belia aku
sudah merantau ke Jakarta. Di sana aku jadi babu. Ngurus mantan
pejabat yang sakit-sakitan. Sebenarnya dia punya istri, orang asing,
cantik, tapi karena suaminya sakit-sakitan, akhirnya dia ninggalin
suaminya, pulang ke negerinya. Anak laki-lakinya, anak semata wayang,
ikut dia pulang ke luar negeri. Anak laki-lakinya itu lebih tua
beberapa tahun dari aku. Tujuh tahun kemudian, anak laki-laki itu
sudah bukan anak-anak lagi. Tiba-tiba saja dia datang menjenguk
ayahnya.
PANGGUNG SEBELAH KANAN PERLAHAN-LAHAN MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG
SEBELAH KIRI YANG MERUPAKAN FLASHBACK PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG.

Adegan KEENAM
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KIRI, YAITU BAGIAN DALAM
RUMAH EKS-PEJABAT. MIRNA SEDANG BERSIH-BERSIH KETIKA ANAK LELAKI EKS-
PEJABAT MELANGKAHKAN KAKINYA KE DALAM RUMAH ITU. LALU MIRNA
MENYAMBUTNYA.
MIRNA : Tuan Muda sudah datang? Biar saya angkat kopernya.
TUAN MUDA : (TUAN MUDA MENGAMATI WAJAH MIRNA) Siapa kamu? Apa
kamu Mirna?
MIRNA : Ya, Tuan. Saya Mirna.
TUAN MUDA : Well, well, well. Tujuh tahun sudah saya
meninggalkan rumah ini. Tujuh tahun saya tidak pernah bertemu kamu.
Dan lihat! Tujuh tahun telah membuatmu menjadi seorang gadis yang
cantik. (TUAN MUDA MENATAP MIRNA DAN TANGAN KANANNYA MENCOBA MENGUSAP
PIPI MIRNA)
MIRNA : Jangan Tuan. (MENCOBA MENGHINDAR DARI TANGAN
MAJIKANNYA)
TUAN MUDA : (PANDANGAN TUAN MUDA MENYAPU SEKITAR) Lihat ini,
tak ada yang berubah. Semua perabotan tetap pada tempatnya sama
seperti tujuh tahun yang lalu. Kau wanita yang hebat. Kau mampu
menjaga semuanya. (TERSENYUM BANGGA PADA MIRNA)
RIYU MELANGKAH DAN MEMBUKA KAMAR AYAHNYA. TERLIHAT AYAHNYA YANG
SEDANG TERTIDUR PULAS, KARENA PENGARUH OBAT.
TUAN MUDA : Lihat ayahku. Apa kau ingat Mirna? Tujuh tahun
yang lalu? Waktu kau dulu pertama kali datang ke rumah ini?
(TERSENYUM) Aku ingat, dulu kau masih seorang gadis kecil. Waktu itu
aku bilang padamu, kau akan baik-baik saja. Walau kau hanya berdua
dengan ayahku, kau akan baik-baik saja. (TERTAWA PAHIT) Lihat, lihat
ayahku! Dia tak berdaya. Kau sekarang tahu kan' mengapa aku bilang
kau di sini akan baik-baik saja? Ayah tidak akan berbuat macam-macam
padamu, karena seperti yang kau lihat ia sakit-sakitan. Oleh karena
itulah ibu meninggalkannya. (MENJADI BERANG) Kau tahu? Kau tahu?
Suaminya yang sekarang ternyata tak lebih baik dari ayah!
MIRNA : (CEMAS) Tuan, sebaiknya Tuan istirahat
dulu. Mari saya antar ke kamar.
MIRNA MENGANTAR TUAN MUDA KE KAMARNYA, TAPI TUAN MUDA MENGUNCI KAMAR
ITU.
MIRNA : (BERTERIAK) Jangan Tuan Muda! Ini dosa! Ini dosa!
Biarkan saya keluar! Lepaskan saya! Tuan Muda!!! Jangan!!! Tuan
Muda!!! Tuan Muda!!!
LAMPU PERLAHAN-LAHAN MATI. KETIKA LAMPU HIDUP KEMBALI MIRNA SEDANG
BERJONGKOK DI DEKAT MEJA. WAJAHNYA DIBASAHI AIR MATA. TAK JAUH
DARINYA ADA MAJIKANNYA, EKS-PEJABAT, DI ATAS KURSI RODA.

Adegan KETUJUH
TUAN BESAR : Apa? Kau hamil? Gugurkan saja! (MENGGELENG-
GELENGKAN KEPALA DAN BERKATA SENDIRIAN) Anak lelakiku, anak semata
wayang, (BERTERIAK) Edward! Mengapa kau berbuat serendah itu?
(MELEMPAR KORAN YANG ADA DI PANGKUANNYA) Bahkan SMU saja kau belum
tamat! (BERKATA PADA MIRNA) Kau dengar? Gugurkan saja kandunganmu itu!
MIRNA : (KETAKUTAN) Tapi Tuan Besar, saya tidak mau
menggugurkan anak ini. (MENGELUS-ELUS PERUTNYA) Saya akan merawat
anak ini.
TUAN BESAR : (BERTERIAK) Aku bilang gugurkan!
MIRNA : (MENANGIS TERISAK-ISAK) Tapi Tuan, anak ini punya
hak untuk hidup!
TUAN BESAR : (MELOTOT) Hak? Apa yang kau tahu tentang hak? Aku
tak menyangka orang yang tak pernah mengenyam pendidikan sepertimu
bisa berbicara mengenai hak. Aku beritahukan padamu, hak itu selalu
berjalan beriringan dengan kewajiban. Kalau anak itu punya hak, jadi
apa kewajiban dia?
MIRNA : Kelak bila ia sudah dewasa, ia akan punya
kewajiban.
TUAN BESAR : (MARAH) Aku bilang, hak beriringan dengan
kewajiban. Kalau jawabanmu `kelak', itu berarti tidak beriringan.
Jadi, gugurkan dia! Dia tidak punya kewajiban apa-apa, itu berarti
dia juga tidak punya hak apa-apa.
MIRNA : (TERISAK-ISAK) Tapi, saya tidak mau, Tuan.
TUAN BESAR : (BERTERIAK) Kalau begitu, silahkan kamu angkat kaki
sekarang juga!
MIRNA SEGERA BERGEGAS KE KAMARNYA UNTUK MENGEMASI BARANG-BARANG. TAK
BEBERAPA LAMA KEMUDIAN IA KELUAR DARI KAMARNYA DAN MENGHADAP
MAJIKANNYA, TAPI MAJIKANNYA ITU MEMALINGKAN WAJAHNYA. MIRNA BERDIRI
TERPAKU MENATAP MAJIKANNYA. PANGGUNG SEBELAH KIRI PERLAHAN-LAHAN
MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG SEBELAH KANAN YANG MERUPAKAN MASA KINI
PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG.

Adegan KEDELAPAN
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KANAN, YAITU BAGIAN DALAM
RUMAH HOME INDUSTRY MIRNA.

SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Jadi mbak diperkosa?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Jadi mbak diusir tanpa uang pesangon?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Jadi mbak enggak mau gugurin kandungan
mbak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Jadi Riana lahir tanpa bapak?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Terus, Mbak? Terus? Kelanjutannya
bagaimana?
SALAH SEORANG : (INGIN TAHU) Terus mbak ke Hong Kong-nya kapan toh?
SALAH SEORANG : (MEMBENARKAN) O iya, benar. Jadi mbak ke Hong Kong-
nya kapan? Mbak di sana jadi TKW ya, Mbak?
MIRNA : Iya, setelah melahirkan Riana, aku pergi mengadu nasib ke
negeri orang. Aku berharap kehidupan ekonomiku sedikit jadi lebih
baik.
SALAH SEORANG : Kenapa pergi, Mbak? Bukankah mbak punya ladang?
MIRNA : Ladang sudah ndak subur lagi. Humusnya kanyut terbawa
banjir setiap penghujan tiba.
SALAH SEORANG : (BERBICARA SENDIRI) Kenapa bisa begitu, ya?
MIRNA : Penebangan liar merajalela di mana-mana. Hutan jadi
gundul. Makanya terjadi banjir. Banjir itulah yang membawa pergi
humus-humus di ladang kita.
EKS-TKW : Akhirnya ladang kita jadi enggak subur lagi ya?
SALAH SEORANG : Iya, kamu gitu aja kok enggak tahu,
sih?
EKS-TKW : (KESAL) Ya aku kan jadi TKW di Arab, mana aku tahu masalah
sawah dan ladang.
SALAH SEORANG : Iya ya, yang kamu tahu cuma kurma!
SALAH SEORANG : Jadi mbak terpaksa pergi ya, Mbak?
MIRNA : (MENGUSAP AIR MATA) Iya, biar bisa makan.
SALAH SEORANG : Terus mbak kerja di sana berapa tahun toh, Mbak?
MIRNA : Aku di Hong Kong cuma dua tahun. Aku ndak memperpanjang
kontrak lagi.
SALAH SEORANG : Enak ndak mbak kerja di sana?
DIAM SESAAT.
MIRNA : Di sana itu . . .
PANGGUNG SEBELAH KANAN PERLAHAN-LAHAN MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG
SEBELAH KIRI YANG MERUPAKAN FLASHBACK PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG.

Adegan KESEMBILAN
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KIRI, YAITU SISI JALAN DI
HONG KONG. MIRNA DAN SEKUMPULAN BURUH MIGRAN SEDANG MEMBICARAKAN
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH SETEMPAT DI HONG KONG.
MIRNA : Kita harus menolak rencana pemotongan gaji buruh!
PARA BURUH : Ya! Tolak rancangan peraturan pemerintah setempat!
Tolak! Tolak!! Tolak!!!
MIRNA DAN PARA BURUH MELAKUKAN MARCH-PARADE, MEMPERJUANGKAN PENOLAKAN
ATAS RENCANA PEMOTONGAN GAJI BURUH. LALU LAMPU PERLAHAN MATI DAN
KETIKA LAMPU MENYALA MIRNA DAN PARA BURUH SEDANG DUDUK DI PINGGIR
JALAN.

Adegan SEMBILAN
MIRNA : (MENGGELENG- GELENGKAN KEPALA) Sayang sekali, Teman. Protes
kita waktu itu rupanya tidak digubris. Upah kita tetap dipotong.
PARA BURUH : Kita jangan menyerah!
MIRNA : Ya, kita jangan menyerah! Kita harus terus berjuang!
PARA BURUH : Berjuang! Terus berjuang!

Adegan SEPULUH
SEORANG MAHASISWI (RAIYA) LEWAT DI TEMPAT ITU DAN MEMPERHATIKAN BURUH
MIGRAN.
RAIYA :Mbak, kalau boleh Raiya berkomentar, lebih baik tidak usah
protes.
MIRNA : Enggak usah protes, kenapa?
RAIYA : Enggak ada gunanya, Mbak.
MIRNA : Enggak ada gunanya?
RAIYA : Iya, yang namanya kebijakan, susah digeser, Mbak.
MIRNA : Tapi saya sebagai buruh harus berjuang. Kalau upah kami
terus-terusan dipotong, mau makan apa coba?
RAIYA : Itulah, Mbak. Jadi buruh migran memang seperti itu.
MIRNA : Upah kami itu dipotong PJTKI, dipotong di sini, dipotong di
situ.
RAIYA : Kalau mau berjuang, silahkan berjuang, tapi Raiya tidak
yakin akan ada perubahan.
MIRNA : Kami akan terus berjuang, Raiya. Akan terus berjuang. Ya
sudah, kami mau demo lagi.
RAIYA : Mbak tidak percaya? Mari saya bantu demo, biar mbak tahu
betapa tdk bergunanya kita demo!

Adegan SEBELAS
MIRNA, RAIYA, DAN PARA BURUH MENYERBU KE DEPAN KEDUTAAN. TERJADI
KONTAK FISIK DENGAN PARA PETUGAS KEAMANAN.
MIRNA : Kembalikan upah kami seperti semula! Jangan dipotong! Dan
hapus retribusi!
RAIYA :Bring back HK$3,670! Abolish the levy!
MIRNA : Kami menuntut keadilan!
PARA BURUH : Ya! Kami menuntut keadilan!
RAIYA : Return of the HK$3,670 minimum wage for foreign domestic
workers and abolish of the levy imposed on employers of foreign
domestic workers!
MIRNA : Jangan perkosa hak kami!
RAIYA : The call for bringing back our wages to HK$3,670 is
reasonable and just! Not only is it due to the gradual recovery of
Hong Kong's economy but to the justness of our demand!
MIRNA : Jangan melakukan diskriminasi terhadap kami! Kami pekerja,
bukan budak!
PARA BURUH : Ya! Kami pekerja, bukan budak! Kembalikan upah
kami! Kembalikan hak kami!
RAIYA : One year implementation of the wage cut and the levy is
enough to show that these decisions of the Hong Kong government are
unjust, immoral, illegal and discriminatory.
MIRNA : Jangan langgar hak-hak buruh se-dunia!
PARA BURUH : Ya!
MIRNA : Pemerintah jangan menyimpang dari institusi standard
Organisasi Buruh Se-dunia!
PARA BURUH : Ya!
MIRNA : Bila protes kami di sini tidak didengar! Itu berarti kami
akan berjuang ke markas ILO! Organisasi Buruh Se-dunia akan
mendengarkan suara kami! Kami akan ke Jenewa untuk memperjuangkan
hak-hak kami!
RAIYA : We pointed out that our present wage is first, equivalent
to the 1992 nominal wage level not to mention the inflation and price
hikes of consumer products; second, not at par with the multiplicity
of their work and the fact of their being on 24-hour call; and third,
unjust and discriminatory and violates the international labour
rights and standards set by institutions like the International
Labour Organization.

LAMPU PERLAHAN MATI. KETIKA HIDUP KEMBALI ADA MIRNA DI SISI JALAN
ITU. MIRNA TERLIHAT KACAU. LALU BICARA SENDIRIAN.
MIRNA : Raiya, di mana kamu Raiya? Kamu benar. Yang namanya
kebijakan itu susah digeser. Kamu memang pintar Raiya, kamu lebih
mengerti, makanya kamu dapat beasiswa kuliah S2 di sini. Kalo aku?
Aku jauh-jauh datang ke sini cuma jadi babu Raiya. Jadi babu! (SALJU
PERLAHAN MULAI TURUN) (BERKATA DENGAN TATAPAN KOSONG) Raiya, pergi
merantau para perempuan. Kemiskinanlah yang membawanya ke perantauan.
Tinggalkan suami dan buah hati dambaan. Sanak saudara kampung
halaman. Tak merasa lemah sebagai perempuan. Memburu cahaya menerobos
kegelapan. Telusuri waktu yang terus berjalan. Dengan beratap malam
penuh kedukaan. (TERSENYUM GETIR) Raiya, lika-liku kembara TKW penuh
harapan. Walau dibalut segala duka pengorbanan. Tegakkan kepala, hati
kokohkan. Kemiskinan haruslah dilawan. (MENGGIGIL KEDINGINAN KARENA
SALJU DAN ANGIN MALAM) Raiya, sudahlah diri ini dibantai kemiskinan.
Agen pengirim tenaga kerja menggerogoti upah kerja bulanan. Saat
majikan hilang rasa kemanusiaan, agen sembunyi wajah, cuci tangan.
(MELANGKAH KE TENGAH PANGGUNG BAGIAN KIRI) Di negeri rantau TKW
dicekik pajak penghasilan. Keluh kesahnya hanya dianggap angin
buritan . (MENDENGUS) Ini cerita biasa bagi TKW, Raiya,
tapi bukan guyonan! Berita aneh pun tiadalah bukan. (BERTERIAK
SAMBIL MENANGIS) Janji pejabat negeri tinggallah janji dari tahun ke
tahun. Memperbaiki keadaan negeri hanya bualan. Negeri makmur hanya
isapan! Sementara TKW terus menyetor devisa, entah ke mana dilarikan.
(BERKATA LIRIH) Raiya, kian berbondong pergi merantau para perempuan.
Terdengar isak tangis mereka bertahun-tahun.
(MARAH) Dicabik agen tenaga kerja, disiksa majikan, dicekik pajak
penghasilan. Raiya, demi kesejahteraan keluarga kami rela berkorban.
(LEMAS) Raiya, pergi merantau para perempuan. Meniti jembatan penuh
cobaan. Deritanya dianggap angin buritan. Entah akan berlangsung
sampai kapan.
PANGGUNG SEBELAH KIRI PERLAHAN-LAHAN MENJADI GELAP. DAN PANGGUNG
SEBELAH KANAN YANG MERUPAKAN MASA KINI PERLAHAN-LAHAN MENJADI TERANG.

Adegan KEDUABELAS
BAGIAN YANG TERANG IALAH PANGGUNG SEBELAH KANAN, YAITU BAGIAN DALAM
HOME INDUSTRY MIRNA.
SALAH SEORANG : (MENGUSAP AIR MATANYA) Ndak nyangka aku. Ternyata
mbak punya kisah sesedih ini.
EKS-PSK : Setidaknya mbak beruntung, pulang ke tanah air dalam
keadaan selamat.
SALAH SEORANG : Kita semua yang ada di sini beruntung.
SALAH SEORANG : Betul!
SALAH SEORANG : Terus, setelah mbak membuka home industry ini yang
memperkerjakan mantan pelacur dan TKW, apa sih mbak, yang sudah mbak
dapetin?
MIRNA : Aku jadi sadar bahwa perjuangan, persamaan hak, intinya
bukan berteriak-teriak, tapi dengan sikap dan tindakan untuk membuat
diri kita setara dengan kaum laki-laki.
THE END.

0 Komentar "Naskah Derama : Berdiri di Atas Badai"